Friday, July 31, 2015
-
Setiap teks memiliki struktur yang membangunnya menjadi suatu teks yang utuh. Struktur teks adalah bagian-bagian teks yang saling sambung-menyambung dan berkaitan sehingga membentuk atau membangun sebuah teks yang utuh, atau dengan kata lain. Misalnya struktur teks biografi yang dimulai dengan orientasi, peristiwa dan masalah, dan reorientasi. Biasanya struktur teks tersebut disajikan secara acak, ketika menyusun teks tersebut menjadi sebuah teks yang utuh diperlukan pengetahuan tentang struktur teks biografi.
Pada kegiatan menyusun dan meringkas teks biografi Prisiden Ketiga Indonesia, yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie. Teks tersebut masih berupa susunan paragraf acak dan tugas yang harus dilakukan adalah menyusun teks tersebut menjadi urut dan logis. Untuk mengurutkan paragraf tersebut dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan paragraf berdasarkan struktur teks biografi. Setelah paragraf tersebut berada pada kelompoknya masing-masing, susunlah paragraf tersebut dengan urutan orientasi, peristiwa dan masalah, dan reorientasi. Perhatikan contoh di bawah ini.
Struktur Teks | Kalimat |
Orientasi | Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan B.J. Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. |
Peristiwa dan Masalah | Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School setelah bapaknya meninggal. Prestasi beliau tampak menonjol dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya. Setelah tamat Sekolah Menengah Atas di Bandung tahun 1954, Habibie masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung). Ia mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman, tahun 1960, kemudian memperoleh gelar Doktor di bidang konstruksi pesawat terbang dengan predikat summa cum laude dari tempat yang sama pada tahun 1965. Tahun 1967 beliau menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Sebelum kembali ke Indonesia, Habibie bekerja di industri pesawat terbang terkemuka di Jerman. Selain itu, Habibie juga dipercaya memegang jabatan penting, seperti Direkur Utama (Dirut) PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), Dirut PT Industri Perkapalan Indonesia, Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD), Kepala Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, dan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesi (ICMI). Selama masa pengabdiannya di Indonesia, Habibie pernah menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT, menjadi Wakil Presiden RI, dan menjadi Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto. Ketika menjabat Presiden, Habibie mendapat tantangan yang berat ketika rakyat di Provinsi Timor-Timur meminta referendum. Atas desakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Habibie menyetujui pelaksanaan referendum di provinsi tersebut. Hasil jajak pendapat tersebut menetapkan bahwa Provinsi Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia. Oleh karena itu, Habibie diberhentikan sebagai Presiden karena pidato pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Meskipun kembali menjadi warga negara biasa, Habibie masih terus mengabdikan diri untuk Indonesia. Melalui Yayasan The Habibie Centre yang didirikan pada 10 November 1999, Habibie berusaha memajukan proses modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan integritas budaya dan nilai-nilai agama. |
Reorientasi | Karena jasanya yang begitu besar pada pengembangan teknologi, khususnya pesawat terbang, Habibie dijuluki oleh masyarakat Indonesia sebagai Bapak Teknologi Indonesia. |
Ringkasan Teks Biografi
Biografi | Kalimat |
Nama Lengkap | Bacharuddin Jusuf Habibie |
Tempat dan tanggal lahir | Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 |
Nama Orang Tua | Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo |
Nama Istri | Hasri Ainun Habibie |
Jumlah dan Nama Anak | Dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal |
Riwayat Pendidikan | Gouvernments Middlebare School |
Universitas Indonesia Bandung (Sekarang ITB) tahun 1954 | |
Diploma di Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 | |
Doktor di Technische Hochschule, Jerman tahun 1965 | |
Riwayat Karier | Bekerja di industri pesawat terbang terkemuka di Jerman |
Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung tahun 1967 | |
Direkur Utama (Dirut) PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) | |
Dirut PT Industri Perkapalan Indonesia | |
Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD) | |
Kepala Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam | |
Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesi (ICMI) | |
Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT | |
Wakil Presiden RI | |
Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto | |
Masalah yang dihadapi | Ketika menjabat Presiden, rakyat di Provinsi Timor-Timur meminta referendum. Atas desakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Habibie menyetujui pelaksanaan referendum di provinsi tersebut. Provinsi Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia. Habibie diberhentikan sebagai Presiden karena pidato pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat. |
Penghargaan | Bapak Teknologi Indonesia |
B.J. Habibie lahir di Pare Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School, lalu Habibie masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung). Ia mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman, tahun 1960, kemudian memperoleh gelar Doktor di bidang konstruksi pesawat terbang dari tempat yang sama pada tahun 1965.
Tahun 1967 beliau menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. sebelumnya Habibie bekerja di industri pesawat terbang terkemuka di Jerman. Selain itu, Habibie juga dipercaya memegang jabatan penting, seperti Direkur Utama (Dirut) PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), Dirut PT Industri Perkapalan Indonesia, Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD), Kepala Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, dan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesi (ICMI).
Selama masa pengabdiannya di Indonesia, Habibie pernah menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT, menjadi Wakil Presiden RI, dan menjadi Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto.
Ketika menjabat Presiden, rakyat di Provinsi Timor-Timur meminta referendum. Atas desakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Habibie menyetujui pelaksanaan referendum. Hasil jajak pendapat tersebut menetapkan bahwa Provinsi Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia. Habibie diberhentikan sebagai Presiden karena pidato pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Habibie masih terus mengabdikan diri untuk Indonesia. Melalui Yayasan The Habibie Centre yang didirikan pada 10 November 1999, Habibie berusaha memajukan proses modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan integritas budaya dan nilai-nilai agama.
Karena jasanya yang begitu besar pada pengembangan teknologi, khususnya pesawat terbang, Habibie dijuluki oleh masyarakat Indonesia sebagai Bapak Teknologi Indonesia.