Monday, March 16, 2015
-
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali. Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.”
Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan kebudayaan. Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh bangsa Indonesia.
Kemudian sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi makna persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya.
Sifat kekeluargaan dan gotong royong dapat terlihat pada saat kerja bakti. Suatu bentuk kegiatan bersama anggota suatu masyarakat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang dianggap berguna untuk kepentingan bersama. Salah satu contohnya adalah kegiatan Warga Rawa badak seperti di bawah ini.
Warga di wilayah Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja, Kota Administrasi Jakarta Utara, bersama aparat pemerintah kelurahan melakukan kerja bakti bersama. Kegiatan itu dilakukan untuk mencegah banjir. Kegiatan kerja bakti yang dilakukan antara lain membersihkan selokan di depan tiap-tiap rumah warga serta membersihkan sampah yang ada di lingkungan.
Lurah Rawa Badak Utara, Suranta, menjelaskan bahwa kegiatan kerja bakti atau gotong royong itu dilakukan rutin di Kelurahan Rawa Badak Utara. Dalam kegiatan itu, warga juga melakukan penghijauan agar jalan lingkungan menjadi asri, hijau, dan indah. Manfaat lain dari kerja bakti adalah terjalinnya kerja soma dan kebersamaan di antara warga.
1. Apa yang dapat dilakukan dalam kerja bakti untuk usaha pelestarian lingkungan?
Melalui kerja bakti kita dapat melakukan usaha pelestarian lingkungan. Salah satu caranya yaitu kerja bakti membersihkan selokan di depan tiap-tiap rumah serta membersihkan sampah yang ada dilingkungan.
Dengan mengikuti kerja bakti banyak manfaat yang diperoleh. Beberapa manfaatnya yaitu lingkungan menjadi bersih,tubuh menjadi sehat dan mempererat rasa persatuan. Banyak pelajaran yang saya peroleh. Dengan kerja bakti kita mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. Dan kita juga harus mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. Dengan terwujudnya hal tersebut bangsa kita akan menjadi bangsa yang kuat dan tidak akan mampu dirusak oleh negara lain.
3. Mengapa kerja bakti perlu dilakukan?
Kerja bakti dimaksudkan juga untuk bertemunya antar warga karena kesibukan sehari-hari. dalam kerjabakti ini kita dapat menikmati susana sambil bersenda gurau yang dapat menimbulkan kegembiraan dan keakraban antar warga. Dalam kerja bakti para pejabat RT ataupun pemerintahan dapat memberikan semangat dan pengarahan dalam masalah kebersihan, sampah dan kebijakan pemerintahan. Hanya dibutuhkan kemauan/niat dari para pejabat pemrintah setempat untuk turun kelapangan.
Kerja bakti merupakan kegiatan yang tidak mengharapkan imbalan uang, dilakukan secara sukarela , hasilnya dapat dinikmati bersama-sama, dalam situasi sekarang ini memang sulit dilakukan karena kesibukan dan rasa egoisme dari pribadi. Kerja bakti merupakan sarana kebersamaan antar warga guna membantu tercapainya kenyamanan desa dengan melakukan pembangunan-pembanguna yang bermanfaat bagi desa bersangkutan. Karena semua warga terutama pria berkumpul sedangkan ibu-ibu menyiapkan makan dan minum ala kadarnya, menjadikan rasa saling gotong royong dalam kerja bakti tersebut akan menciptakan kerukunan yang mungkin sulit dicapai pada kesempatan lain. Inilah momentum untuk membangun kerukunan antar warga.