Wednesday, February 17, 2016
-
Panca indera merupakan organ yang mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk peka terhadap perubahan lingkungan. Panca indera yang pada manusia, yaitu indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera peraba (kulit), dan indera perasa (lidah). Bagian-bagian yang bertugas menerima rangsang dari sistem saraf itu disebut reseptor. Reseptor merupakan sel saraf sensorik (penerima rangsang) yang tersebar di seluruh permukaan tubuh dan menjadi satu membentuk alat indra. Karena kelima indera memiliki reseptor terhadap keadaan lingkungan luar, maka disebut ekstoreseptor..
Setiap reseptor yang membentuk alat indra hanya menerima salah satu jenis perubahan yang terdeteksi dari lingkungannya. Itulah sebabnya, kumpulan reseptor yang membentuk alat indra, diberi nama berdasarkan jenis stimulus yang diterimanya. Beberapa reseptor (sel saraf sensorik) yang membentuk alat indra itu, antara lain berikut :Fotoreseptor, sel saraf sensorik penerima rangsang cahaya, Kemoreseptor, sel saraf sensorik penerima rangsang zat kimia, Thermoreseptor, sel saraf sensorik penerima rangsang suhu, Mekanoreseptor, penerima rangsang fisik berupa tekanan, sentuhan, dan getaran.
Kelompok reseptor yang termasuk eksteroseptor ini, yaitu sel-sel saraf sensorik yang terdapat pada mata, telinga, kulit, lidah, dan hidung, sedangkan kelompok reseptor yang menerima stimulus (rangsang) dari dalam lingkungannya disebut interoseptor. Kelompok reseptor yang termasuk interoseptor adalah sel-sel saraf yang menerima rangsang tekanan darah dan rasa lapar.
1. Kulit sebagai Indra Perasa
Pada kulit terdapat reseptor yang sensitif terhadap rangsangan raba, tekanan, panas, dingin, dan nyeri. Reseptor ini dapat berupa ujung saraf yang bebas, ujung-ujung saraf yang berbenjol, atau ujung saraf yang diselubungi kapsul jaringan ikat. Umumnya, setiap jenis reseptor hanya mempunyai fungsi yang khusus, yaitu menerima satu jenis rangsang saja.
Pada kulit terdapat berbagai tipe rasa dan jenis reseptor, antara lain:
- Reseptor Sentuhan. Pada kulit reseptor sentuhan, yang disebut korpuskulus/badan meisner, terletak di bagian bawah lapisan epidermis. Reseptor sentuhan untuk membedakan rasa halus, kasar, lunak, dan keras. Reseptor lain pada kulit, juga ditemukan pada pangkal rambut yaitu berupa pesan arah gerakan rambut yang disebabkan tiupan angin atau akibat adanya sentuhan. Reseptor sentuhan tersebar tidak merata pada kulit sehingga ada bagian yang sangat peka terhadap rangsang sentuhan, ada pula bagian yang kurang begitu peka. Reseptor sentuhan banyak terdapat pada bagian ujung jari tangan dan kaki, serta pada bagian telapak tangan dan kaki.
- Reseptor Tekanan. Reseptor tekanan terdiri dari korpuskulus vater dan badan pacini. Reseptor tekanan merupakan ujung saraf yang letaknya di sebelah bagian dalam kulit yang disebut dermis. Ujung sel saraf reseptor ini hanya dapat terangsang apabila terjadi tekanan dan getaran yang cukup kuat.
- Reseptor Rasa Sakit. Reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsangan rasa sakit terdapat pada lapisan epidermis dan dermis. Reseptor ini tersebar tidak merata pada bagian kulit tubuh manusia sehingga ada bagian kulit yang kurang peka terhadap rasa sakit. Reseptor ini sangat berguna untuk sistem pertahanan tubuh, karena dapat memberikan pesan apabila terjadi rangsangan berupa rasa sakit yang merusak organ tubuh.
- Reseptor Suhu. Pada kulit tubuh manusia juga ditemukan reseptor untuk menerima pesan berupa rasa panas dan dingin. Reseptor ini disebut juga termoreseptor. Reseptor ini terdiri atas korspukulus badan ruffini yang merasakan rasa panas dan ujung saraf krause yang merasakan suhu dingin. Kemampuan cepat dan lambatnya reseptor juga sangat dipengaruhi ketika menerima atau melepaskan panas. Suasana panas baru dapat dirasakan apabila reseptor berpindah dari kondisi dingin, sedangkan suasana dingin baru dapat dirasakan apabila baru berpindah dari kondisi yang panas.
2. Lidah (Indra Pengecap)
Pada lidah manusia terdapat berbagai reseptor yang fungsinya berbeda-beda, seperti reseptor yang peka terhadap rasa sakit, sentuhan, dan mengecap berbagai rasa. Reseptor untuk menerima berbagai rasa pada lidah merupakan reseptor yang bersifat khusus. Pada lidah, reseptor-reseptor rasa itu disebut kuncup rasa yang merupakan reseptor yang sangat peka terhadap adanya rangsang yang berupa zatzat kimia (kemoreseptor).
Kuncup pengecap yang terdapat pada celah-celah tonjolan lidah disebut papila. Papila lidah dapat anda rasakan sebagai tonjolan-tonjolan yang tidak teratur pada permukaan lidah. Setiap kuncup pengecap lidah memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap rasa. Kuncup pengecap yang terdapat pada permukaan ujung lidah merasakan manis dan asin. Bagian pangkal lidah merasakan pahit, sedangkan pada bagian samping permukaan lidah (kiri dan kanan) merasakan asam.
Menurut bentuknya papila dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Menurut bentuknya papila dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
- Papila filiformis. Papila filiformis berbentuk benang halus, banyak terdapat pada bagian depan lidah.
- Papila fungiformis. Papila fungiformis berbentuk tonjolan seperti kepala jamur, banyak terdapat pada bagian depan lidah dan bagian sisi lidah.
- Papila sirkum valata. Papila sirkum valata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V terbalik di belakang lidah.
3. Hidung (Indra Pencium)
Di dalam rongga hidung bagian atas terdapat ujung-ujung sel saraf pembau. Ujung-ujung sel saraf pembau ini dilengkapi dengan rambut-rambut halus pada bagian ujungnya dan diliputi lapisan lendir sebagai pelembab. Daerah yang sensitif terhadap indera penciuman terletak di bagian atas rongga hidung.
Ujung-ujung sel saraf pembau di dalam rongga hidung dilapisi cairan tipis. Rangsangan berupa bau dapat diterima apabila telah larut dalam cairan tersebut. Di samping itu, ujung-ujung sel saraf pembau di dalam rongga hidung sangat peka terhadap rangsangan zat-zat kimia yang berupa gas atau uap (kemoreseptor). Proses terjadinya bau, mula-mula zat kimia terbawa oleh udara masuk ke dalam rongga hidung. Setelah larut dalam selaput lendir kemudian diterima dan dibawa oleh saraf pembau ke otak untuk diterjemahkan. Dengan demikian, gas yang masuk tadi dapat terdeteksi.
Indra pembau pada manusia peka terhadap berbagai macam bau, seperti bau anyir, wangi, busuk, dan bau yang lainnya. Anesmia ialah kehilangan rasa bau akibat:
- Penyumbatan rongga hidung, misalnya pilek, terdapat polip atau tumor di rongga hidung.
- Sel rambut rusak pada infeksi kronis.
- Gangguan pada saraf I, bulbus dan traktus olfaktorius atau korteks otak.
4. Telinga (Indra Pendengar)
Telinga merupakan indera pendengaran. Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga dan liang telinga yang berfungsi untuk membantu menangkap rangsang berupa getaran gelombang suara yang terbawa bersama udara di sekitarnya. Pada telinga bagian tengah terisi oleh udara, dan telinga bagian dalam terisi oleh cairan limfa.
a. Telinga Bagian Luar
Telinga bagian luar berfungsi menampung getaran dan meneruskannya ke telinga bagian tengah. Telinga bagian luar terdiri atas beberapa bagian, yaitu daun telinga (pinnae), saluran telinga luar (liang telinga), dan gendang telinga.
- Daun telinga. Daun telinga atau pinnae merupakan bagian tipis pada telinga yang bentuknya mirip corong.
- Lubang dan saluran telinga luar. Telinga bagian ini merupakan saluran pendek. Pada permukaannya dilengkapi oleh rambut-rambut. Sepanjang saluran ini menghasilkan semacam zat lilin yang berfungsi untuk mencegah masuknya benda asing, seperti debu atau hewan.
- Gendang telinga. Gendang telinga adalah bagian telinga luar yang berupa membran atau selaput tipis.
b. Telinga Bagian Tengah (rongga timpani)
Getaran yang berasal dari gendang telinga, disalurkan melalui telinga bagian tengah. Selain itu, telinga tengah juga berfungsi sebagai alat pengatur keseimbangan tubuh, seperti mengatur keseimbangan tekanan udara luar dan tekanan udara yang terdapat di dalam telinga.
Penerus getaran pada telinga bagian tengah adalah tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas tulang martil (malleus), tulang landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes). Getaran akan diteruskan oleh tulang sanggurdi ke telinga bagian dalam yang disebut jendela oval. Di samping ketiga macam tulang juga terdapat saluran eustachius. Dengan adanya saluran eustachius ini, keadaan tekanan udara di dalam telinga dan tekanan udara luar dapat disetarakan.
c. Telinga Bagian Dalam
Pada telinga bagian dalam terdapat sederetan ruang dan saluran yang berisi cairan. Telinga bagian dalam ini terbagi menjadi dua bagian dengan fungsi yang berbeda. Pada bagian atas telinga dalam terdapat tiga saluran setengah lingkaran yang berfungsi untuk alat keseimbangan, sedangkan di bagian bawah telinga dalam terdapat saluran berupa rumah siput (koklea). Di dalam koklea terdapat sel-sel saraf sensoris yang dihubungkan ke otak oleh saraf pendengaran.
5. Mata (Indra Penglihatan)
Mata berfungsi sebagai alat pengenal warna maupun bentuk. Hal ini dimungkinkan dengan reseptor khusus cahaya yang disebut fotoreseptor. Setiap mata mempunyai suatu lapisan reseptor, yaitu lensa untuk memfokuskan cahaya pada reseptor cahaya, dan sel-sel saraf untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
Retina mata tersusun oleh kurang lebih 125 juta sel batang (sel basilus) yang mampu menerima rangsang cahaya yang tidak berwarna, dan kurang lebih 6,5 juta sel kerucut (sel konus) yang mampu menerima rangsang sinar yang berwarna.
Pada sel batang terdapat pigmen yang peka terhadap rangsang cahaya, disebut rodopsin, yaitu bentuk persenyawaan antara vitamin A dengan suatu protein. Rodopsin akan tetapi jika terkena sinar terang, sedangkan dalam keadaan yang gelap rodopsin akan terbentuk kembali. Pada proses terbentuknya rodopsin dibutuhkan waktu adaptasi rodopsin. Pada saat adaptasi, mata kurang dapat melihat dengan jelas.
Pada sel kerucut juga terdapat pigmen yang disebut iodopsin yaitu sejenis pigmen yang terbentuk dari persenyawaan retinin dan opsin. Terdapat tiga macam sel kerucut yang masing-masing peka terhadap rangsang warna merah, hijau, dan biru. Dari kombinasi ketiga warna itu, kita dapat menerima spektrum warna ungu hingga merah. Apabila sel kerucut mengalami kerusakan orang yang mengalaminya akan menderita buta warna.
Ada dua macam jenis buta warna, yaitu dikromat dan monokromat. Buta warna dikromat hanya mempunyai dua sel kerucut dan penderitanya disebut menderita buta warna sebagian. Karena hanya dapat melihat kombinasi spektrum dua warna saja, sedangkan buta warna monokromat adalah orang yang hanya dapat membedakan warna hitam dan putih atau bayangan kelabu.
Apabila mata kita melihat suatu benda yang jaraknya dekat, otot siliaris mata kita akan berkontraksi. Lensa akan menebal untuk dapat menangkap cahaya yang masuk ke dalam mata sehingga objek yang dekat dapat difokuskan pada retina. Berbeda halnya ketika mata kita melihat objek benda yang jaraknya jauh, otot siliaris mata justru akan berelaksasi. Lensa mata menjadi pipih dan objek akan difokuskan pada retina, seperti diperlihatkan pada gambar.
Mencembung dan mencekungnya lensa mata dapat mengalami perubahan. Proses mencembung dan mencekungnya mata disebabkan kontraksi dan relaksasi otot-otot ligamen (badan siliaris) yang melekat pada bola mata. Dengan kemampuan lensa mata untuk mencembung dan mencekung maka fokus lensa mata dengan sendirinya dapat berubah-ubah. Kemampuan mata seperti itu disebut daya akomodasi lensa mata.
Mata dikatakan normal apabila dapat memfokuskan sinar-sinar sejajar yang masuk ke mata. Sinar-sinar sejajar itu akan membentuk bayangan benda di retina (bintik kuning) sehingga benda yang dilihat akan terlihat jelas. Keadaan seperti itu disebut dengan istilah emetrop.. Kelainan pada mata dapat menimbulkan gangguan pada penglihatan. Terdapat beberapa kelainan yang terjadi pada mata antara lain sebagai berikut.
- Mata Tua (Presbiopi). Presbiopi adalah kelainan mata yang terjadi sebagai akibat tidak lenturnya lensa mata. Hal itu menyebabkan daya akomodasi lensa mata sangat sulit menangkap objek yang jauh maupun dekat sehingga bayangan benda yang dibentuk tidak jatuh tepat pada retina. Kelainan mata presbiopi dapat dibantu menggunakan kacamata berlensa mata rangkap dua.
- Rabun Dekat (Hipermetropi). Pada gangguan mata hipermetropi keadaan retinanya lebih pendek dari jarak normalnya. Hal tersebut menyebabkan bayangan benda yang dibentuk lensa mata tidak terfokus jatuh tepat pada retina, tetapi jatuh di belakang retina. Gangguan mata hipermetropi dapat dibantu dengan kacamata lensa cembung atau lensa positif.
- Miopi (Rabun Jauh). Penyebab kelainan mata miopi karena bola mata berbentuk lonjong dan lebih panjang dari keadaan normalnya sehingga dengan keadaan seperti itu, jarak antara lensa mata dan retina menjadi lebih jauh. Hal ini mengakibatkan bayangan yang dibentuk jatuh di depan retina. Gangguan mata miopi dapat dibantu dengan menggunakan kacamata berlensa cekung atau lensa negatif.
- Astigmatisma. Astigmatisma terjadi karena bentuk lengkungan pada permukaan kornea tidak merata. Garis-garis vertikal dan horizontal tidak dapat difokuskan secara simultans. Kelainan mata astigmatisma dapat dibantu dengan menggunakan kacamata berlensa silindris.