Sunday, August 23, 2015
-
Perkembangan drama pada masa sekarang ini dapat kita saksikan melalui tayangan-tayangan sinetron yang begitu marak di televisi selain pementasan teater. Drama merupakan sebuah seni yang kompleks, karena di dalamnya terdapat berbagai macam seni, seperti seni sastra, dekorasi tata panggung, tata lampu, busana, make up, musik, dan lain sebagainya. Sebuah drama pada umumnya menyangkut dua aspek, yakni aspek cerita sebagai bagian dari sastra, dan yang kedua adalah aspek pementasan yang berhubungan erat dengan seni lakon atau teater.
Naskah drama merupakan salah satu yang perlu dipersiapkan dalam sebuah pementasan drama. Naskah drama adalah satu cerita tertulis untuk dipentaskan di panggung, layar, atau radio. Naskah drama ditulis menggunakan kalimat-kalimat langsung yang lengkap dengan penjelasan mengenai sikap, gerakan, latar, dan cara pengungkapan kalimat yang harus dilakukan oleh para pelakunya. Naskah drama dapat ditulis berdasarkan peristiwa nyata. Meskipun berdasarkan peristiwa nyata, naskah drama dapat ditambahkan dengan kreativitas daya imajinatif sang penulis.
Struktur Naskah Drama
Drama dibangun atas beberapa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun sebuah karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri. Sebelum menulis naskah drama ada beberapa hal yang sebaiknya dipahami terlebih dahulu yaitu struktur yang membangun naskah drama. Menurut Herman J. Waluyo, struktur naskah drama tersebut meliputi:
- Plot/alur. Plot atau kerangka cerita, yaitu jalinan cerita atau kerangka cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh atau lebih yang saling berlawanan.
- Penokohan dan perwatakan. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan merupakan susunan tokoh-tokoh yang berperan dalam drama. Tokoh-tokoh itu selanjutnya akan dijelaskan keadaan fisik dan psikisnya sehingga akan memiliki watak atau karakter yang berbeda-beda.
- Dialog (percakapan). Ciri khas naskah drama adalah naskahnya berbentuk percakapan atau dialog. Dialog dalam naskah drama berupa ragam bahasa yang komunikatif sebagai tiruan bahasa sehari-hari bukan ragam bahasa tulis.
- Seting (tempat, waktu dan suasana). Setting disebut juga latar cerita yaitu penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita.
- Tema (dasar cerita). Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita dalam drama.Tema dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh antagonis dan protagonis dengan perwatakan yang berlawanan sehingga memungkinkan munculnya konflik di antara keduanya.
- Amanat atau pesan pengarang. Pesan dalam sebuah drama dapat tersirat dan tersurat. Pembaca yang jeli akan mampu mencari pesan yang terkandung dalam naskah drama. Pesan dapat disampaikan melalui percakapan antartokoh atau perilaku setiap tokoh.
- Petunjuk teknis/teks samping. Dalam naskah drama diperlukan petunjuk teknis atau teks samping yang sangat diperlukan apabila naskah drama itu dipentaskan. Petunjuk sampaing itu berguna untuk petunujuk teknis tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, musik, keluar masuk tokoh, keras lemahnya dialog, warna suara, dan sebagainya.
Langkah-langkah Menulis Naskah Drama
Supaya drama yang ditampilkan menarik, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah naskah drama itu sendiri. Naskah drama harus menarik sehingga pesan apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh para penonton. Beberapa langkah menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata antara lain sebagai berikut.
- Menentukan peristiwa yang menarik, yaitu peristiwa yang memberikan kesan yang mendalam.
- Memilih dan menentukan tema.
- Memilih judul dan membuat kata pembuka. Judul sebaiknya tidak terlalu panjang dan menarik. Kata pembuka lebih bagus jika bersifat bombastis (berlebihan) agar pembaca tertarik mengikuti cerita selanjutnya.
- Membuat kerangka dengan memasukkan konflik.
- Menentukan pelaku.
- Menyusun jalinan cerita yang mengandung perkenalan tokoh dengan konflik dan penyelesaiannya.
- Menyusun kramagung dan wawancang. Kramagung merupakan perintah kepada pelaku untuk melakukan sesuatu yang ditulis sebagai petunjuk dalam bermain drama. Wawancang ditulis lepas dan mengandung semua perasaan pelakunya.
Penulisan naskah drama berbeda dengan naskah cerita lainnya. Berikut ini beberapa penjelasan penulisan naskah drama yang perlu diperhatikan sebelum menulis naskah drama.
- Naskah drama disajikan dalam bentuk pementasan adegan. Babak terdiri atas beberapa adegan. Pergantian pelaku merupakan tanda pergantian adegan dalam satu peristiwa.
- Penulisan drama dapat kalian awali dengan sebuah prolog sebagai pengantar dan epilog sebagai penjelasan akhir cerita.
- Dialog ditulis dengan diawali tokoh yang berbicara atau berlaku. Tanda titik dua sebagai pemisah antara pelaku dengan kalimat yang diucapkan. Ada beberapa naskah drama yang telah diadaptasikan ditulis dalam bentuk paragraf.
- Petunjuk lakuan atau tindakan dituliskan dalam dialog tokoh yang berlaku dengan diberikan tanda kurung.
- Penulisan keterangan dan petunjuk lakuan dalam pergantian babak atau perpindahan adegan dapat ditulis seperti paragraf diakhir dialog antartokoh
Berikut ini contoh naskah drama berdasarkan peristiwa yang dialami siswa di sekolah.
Adegan 1
Bel berbunyi sebagai tanda pelajaran telah selesai. Semua siswa membereskan buku-bukunya dan memasukkannya di dalam tas, berdoa, dan kemudian keluar kelas. Ada satu orang siswa yang masih berdiri di depan kelas karena di hukum oleh Ibu Siti salah satu Guru yang disegani di sekolah. Siswa tersebut bernama Wawan, yang sering lupa mengerjakan tugas dari guru. Hampir setiap pertemuan Wawan dihukum karena tidak mengerjakan tugas yang diberi oleh Guru.
Bu Siti | : | Sampai kapan kamu terus begini? (berhenti sejenak). Kalau minggu depan kamu tidak mengerjakan tugasmu lagi, hukumannya akan semakin berat. Jawab semua soal dalam buku ini! (memberikan buku paket kepada Wawn). Minggu depan harus selesai! Sekarang bereskan semua buku-bukumu dan pulang! |
Wawan hanya diam dan mengambil buku yang diberi oleh Ibu Siti. Dalam hatinya Wawan merasa sangat menyesal tidak mengerjakan tugas yang diberikan bu Siti. | ||
Wawan | : | Iya, Bu (Wawan membereskan buku-bukunya kemudian pamit kepada Ibu Siti) |
Adegan 2
Satu minggu sudah tugas yang diberikan bu Siti kepada Wawan. Dari jauh terlihat Wawan sedang berdiri di tengah-tengah lapangan sekolah dengan keringat yang bercucuran, berdiri dengan satu kaki dan tangan yang direntangkan. Di dekatnya ada bu Siti yang merasa kesal dengan kelakukan Wawan tersebut.
Adegan 3
Adegan 4
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Wawan sudah berada di dalam kelas duduk dibangkunya sambil menulis tugas yang diberikan Bu Siti. Wawan menulis seperti tidak mengenal lelah. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ternyata Udin yang baru saja tiba di sekolah dan masuk ke dalan kelas.
Adegan 5
Satu minggu kemudian, tepatnya hari ketika Wawan harus menyerahkan tugas yang diberikan Bu Siti tiba. Wawan merasa sangat senang karena tugasnya sudah selesai dengan dibantu teman-temannya yang baik hati. Setelah beberapa lama siswa-siswi duduk di dalam kelas, Bu Siti masuk ke dalam kelas. Setelah berdoa dan mengabsen siswa Bu Siti memulai pembelajaran dengan terlebih dahulu menanyakan tugas hukuman yang diberikan kepada Wawan.
Bu Siti | : | (menghampiri Wawan dengan muka marah) Kamu mengulangi kesalahanmu lagi ! Kenapa tidak mengerjakan tugas yang saya berikan? Sekarang alasan apa lagi yang ingin kamu katakan? Tidur, capek, atau lupa? |
Wawan tetap diam seribu bahasa. Dia tidak berani bersuara ketika Bu Siti sedang marah. Jika menjawab takut Bu Siti malah semakin marah. | ||
Bu Siti | : | (menarik nafas dalam-lalam) Ok.. Saya kasih kamu satu kesempatan lagi. Hanya satu kali dan jangan kamu sia-siakan ! |
Wawan | : | Iya Bu saya akan mengerjakan tugas tersebut. (menunduk) |
Dari jauh Udin mengamati Wawan dan Ibu Siti yang sedang berada di lapangan. Udin merasa kasihan melihat sahabatnya terus-menerus dihukum. Sebenarnya Udin hampir sama dengan Wawan dalam megerjakan tugas, hanya saja Udin rajin mengerjakan tugas-tugas dari Guru walaupun 9 dari 10 jawabannya salah. Tapi, itu masih lebih baik dibanding Wawan yang sama sekali tidak mengerjakan tugas.
Adegan 3
Beberapa saat setelah bel tanda pulang berbunyi terlihat Wawan keluar dari ruang guru membawa setumpuk buku ditangannya, tugas dari Ibu Siti. Udin menghampiri Wawan dengan tujuan ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Wawan. Ketika Wawan berjalan menuju ke pintu gerbang Udin menyapa Wawan.
Udin | : | Hay! Wan. |
Wawan | : | Hay ! Din, kamu ngapain masih disini? Bukannya sudah pulang dari tadi? |
Udin | : | Anu.’ eee.. saya mau meminjam buku catatanmu, kemarin kan saya bolos. Catatan kamu lengkap kan? |
Wawan | : | Kalo cuma catatan sih lengkap, tapi tugas-tugasnya belum.(buku-buku di tangan Wawan diletakan di atas bangku, kemudian Wawan mengambil buku dari dalam tasnya dan diberikan kepada Udin) |
Udin | : | Mmm.. nggak masalah.(menerima buku dari Wawan dan memasukannya ke dalam tas). Nanti saya bantu mengerjakan soal-soal yang diberikan Bu Siti. |
Wawan | : | Iya, tapi segera dikembalikan jika sudah selesai !(Udin mengcungkan jempol tangannya sebagai tanda setuju). |
Udin | : | Makasih, ya Sob ! |
Wawan | : | Sama-sama ! Sob. |
Mereka pulang ke rumah masing-masing dengan menempuh jalan yang berbeda. |
Adegan 4
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Wawan sudah berada di dalam kelas duduk dibangkunya sambil menulis tugas yang diberikan Bu Siti. Wawan menulis seperti tidak mengenal lelah. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ternyata Udin yang baru saja tiba di sekolah dan masuk ke dalan kelas.
Udin | : | Pagi Sob ! Sudah lama? (udin melempar tas ke bangkunya) |
Wawan | : | Nggak juga si, baru sekitar sejam !(tanpa memperhatikan Udin dan terus mengerjakan tugasnya). |
Udin | : | Jadi kamu datang sepagi itu tuk ngerjain tugas? (mengambil sapu dan mulai menyapu karena kebetulan hari tersebut Udin tugas piket). |
Wawan | : | Iya, aku tidak bisa mengerjakan tugasku di rumah karena aku harus bekerja membantu ayahku.(sambil terus mengerjakan tugas). |
Udin | : | Tapi setidaknya kan ada waktu untuk mengerjakan tugas. Setelah pulang sekolah, misanya.(sambil terus menyapu lantai kelas). Tetap tidak bisa ? |
Pertanyaan Udin belum terjawab, tiba-tiba Ibu Siti dan seorang murid masuk dalam kelas bersama seorang siswa baru. Setelah berdo'a Bu Siti memperkenalkan siswa baru tersebut. | ||
Bu Siti | : | Hari ini kalian kedatangan teman baru, namanya Gugun. Kalo ingin tau lebih banyak tentang dia silahkan tanya sendiri sama orangnya. Gugun, pilih salah satu tempat duduk yang kosong.(Gugun menghapiri bangku kosong yang berada di dekat Wawan). |
Gugun | : | Iya Bu, terima kasih !.(Gugun menghampiri bangku kosong yang berada di dekat Wawan). |
Bu Siti | : | Oh iya, anak-anak Ibu tinggalkan kalian dulu. Hari ini ada rapat, jadi kemungkinan hari ini kalian tidak belajar. |
Setelah Ibu Siti keluar dari ruang kelas. Semua siswa merasa sangat senang karena hari tersebut tidak ada pelajaran. Terutama Wawan yang sedang sibuk dengan tugasnya yang seabrek. Gugun berjalan ke samping Wawan. | ||
Gugun | : | Hay ! Bangku ini kosong?(keduanya berjabat tangan dan menyebutkan nama masing-masing). |
Wawan | : | Oh iya, Silahkan duduk !(melanjutkan mengerjakan tugasnya) |
Gugun | : | Wow, banyak banget tugasnya ! Boleh saya bantu ?(Udin datang mendekat) |
Wawan | : | Jangan, biar saya kerjakan sendiri saja ! |
Gugun | : | Kenapa? Lagian hari ini kan guru-guru lagi rapat, daripada saya hanya duduk, mending saya bantuin kamu. |
Wawan belum bicara apa-apa tiba-tiba Udin menghampiri. | ||
Udin | : | Iya, betul tuh kata Gugun, kita kerjain bareng aja yuuk. Lagian ini tidak mungkin selesai hanya dalam satu minggu (mengambil buku Wawan dan membantu mengerjakannya begitu juga dengan Gugun). |
Akhirnya mereka bertiga mengerjakan tugas yang diberikan Bu Siti kepada wawan sebagai hukuman bersama-sama. Ternyata tulisan mereka bertiga berbeda-beda sehingga tulisannya juga berbeda antara satu dengan yang lainya. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.000, bel sekolah berbunyi dan mereka pulang ke rumah masing-masing. |
Adegan 5
Satu minggu kemudian, tepatnya hari ketika Wawan harus menyerahkan tugas yang diberikan Bu Siti tiba. Wawan merasa sangat senang karena tugasnya sudah selesai dengan dibantu teman-temannya yang baik hati. Setelah beberapa lama siswa-siswi duduk di dalam kelas, Bu Siti masuk ke dalam kelas. Setelah berdoa dan mengabsen siswa Bu Siti memulai pembelajaran dengan terlebih dahulu menanyakan tugas hukuman yang diberikan kepada Wawan.
Bu Siti | : | Wawan, Ayo kumpulkan tugasnya sekarang ! |
Wawan | : | Iya Bu ! (dengan percaya diri membawa segepuk buku kepada Bu Siti dan segera kembali ke tempat duduknya). |
Bu Siti membaca buku tugas Wawan satu persatu. Ada kejanggalan dalam buku tugas Wawan yaitu antara buku tugas yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda bentuk tulisannya. Segera Bu Siti memanggil Wawan maju ke depan. | ||
Bu Siti | : | Wawan ! Siapa yang membantu kamu menulis ini semua, koq tulisannya beda-beda? |
Wawan | : | Eeeee.....anu Bu (gelagapan tidak langsung menjawab) |
Gugun&Udin | : | Saya Buu! (keduanya berdiri bersamaan) |
Bu Siti | : | Maju ke depan kalian berdua ! (keduanya maju dan berdiri dekat dengan Wawan) Mengapa kamu yang mengerjakan tugas Wawan? |
Gugun | : | Begini, Bu. Seperti yang disampaikan Ibu dalam pelajaran PKn kita hidup harus tolong-menolong, membantu yang sedang mengalami kesusahan. |
Udin | : | Menolong kan termasuk perbuatan terpuji, Bu ! |
Mendengar jawaban kedua siswanya tersebut, Bu Siti emosinya memuncak, dengan nada keras dia mengatakan kepada ketiga siswanya tersebut. | ||
Bu Siti | : | Ya, memang yang kalian lakukan adalah menolong teman yang sedang mengalami kesusahan. Tapi, yang kalian tolong tersebut teman yang sedang saya hukum supaya tidak mengulangi perbuatanya lagi. Jadi tindakan yang kalian lakukan tidak bisa dibenarkan ! Sekarang kalian bertiga ke lapangan berdiri dengan satu kaki dan pegang kedua telinga kalian ! |
Mereka bertiga keluar ruangan dan menuju lapangan sekolah untuk menjalani hukuman. Mereka berdiri di lapangan dengan kaki kanan terangkat sambil memegangi telinga masing-masing. Sambil menjalani hukuman mereka berpikir, ternyata menolong teman harus melihat situasi dan kondisi teman yang akan ditolong. |